Investasi Menguntungkan Saat Inflasi & Suku Bunga Meningkat
Harga kebutuhan pokok sudah pada naik, begitu juga suku bunga bank yang sedikit-sedikit naik. Terus gimana nasib dunia investasi Indonesia ya? PINA punya beberapa ulasan menarik dan juga rekomendasi terkait investasi dimasa menuju resesi seperti saat ini.
Harga BBM naik dan produk-produk makanan juga ikut naik. Apakah kondisi seperti ini aman untuk berinvestasi? Kondisi saat ini memang membuat kebanyakan dari kita merasa resah. Tetapi kali ini untuk melepas keresahan kalian, PINA mau merekomendasi instrumen investasi yang cocok dengan situasi saat ini.
Nah, sobat PINA, sebelum masuk ke rekomendasi, riset mandiri dan pengetahuan tentang pasar adalah kunci dari investasi yang sukses. Untuk itu, yuk kita pahami dulu bagaimana dan apa hubungan nya kenaikan suku bunga dan inflasi terhadap investasi? Emangnya investasi saat inflasi menguntungkan?
Ga Cuma Harga Pokok, Suku Bunga Juga Naik!
Bulan Agustus dan September menjadi bulan-bulan penting bagi pengamat pasar, dimana Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan dari 3,5% di Juli 2022, naik menjadi 4,25% di September 2022. Hal ini sudah berdasarkan proyeksi Bank Indonesia tentang ekspektasi inflasi sebesar 3±1%.
Namun dengan adanya lonjakan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) subsidi Pertilite yang dari harga Rp 7.650 melonjak menjadi Rp 10.000 untuk memangkas subsidi pemerintah terhadap BBM menyebabkan ekspektasi inflasi setelah kenaikan harga BBM menjadi dikisaran 6-7%.
Selain itu, tekanan juga datang dari pihak-pihak eksternal, seperti Bank Sentral Amerika Serikat dan Bank di Eropa yang menaikan suku bunga mereka menjadi masing-masing 3,25% dan 1,35% di September ini.

Kenaikan Suku Bunga Indonesia, Amerika Serikat & Zona Eropa - (Sumber: Pasardana.id, Tradingeconomics)
Emangnya sepenting itu ya menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi?
Apabila suku bunga Bank Indonesia yaitu BI 7 Days repo Rate tidak dinaikkan, maka akan menekan nilai Rupiah terhadap mata uang global seperti US Dollar (DXY) yang sempat menguat setahun terakhir yang juga memberikan tekanan terhadap mata uang negara-negara lainnya.

Indeks Mata Uang Dollar 1 tahun Terakhir - (Sumber: Tradingview.com)
Ekonomi dunia sudah dihantap bertubi-tubi sejak pandemi, ada lagi masalah lain yang muncul dan ikut berkontribusi terhadap inflasi ini, yaitu kelangkaan pangan dan energi yang harus dihadapi oleh masyarakat global.
Tingginya harga gandum, beras, jagung yang sudah bertahun-tahun menjadi bahan baku makanan. Ditambah lagi dengan naiknya harga komoditas energi seperti batu bara, minyak, dan gas.
Pemerintah Indonesia mau tidak mau harus memutar otak untuk mencari substitusi dari kelangkaan pangan ini. Nah, tetapi untuk kelangkaan energi ini menjadi berkah yang tersembunyi, alias blessing in disguise.
Hal ini disebabkan karena Indonesia adalah salah satu produsen terbesar untuk batu bara dan kelapa sawit, tetapi untuk minyak, Indonesia masih bergantung kepada ekspor dari negara lain. Secara tidak langsung, sebenarnya kondisi ini menjadi salah satu alasan untuk tetap berinvestasi dipasar modal Indonesia.
Tentunya hal ini bersangkutan dengan perang Rusia dan Ukraina yang tidak kunjung mereda. Apalagi negara Rusia merupakan salah satu negara pengekspor minyak dan gas terbesar, dan Ukraina salah satu pengekspor biji gandum terbesar. Tidak dapat dipungkiri kondisi ini dapat menyebabkan kelangkaan komoditas pangan dan energi, sehingga harga komoditas tersebut akan terus naik, dimana mata uang akan terus tertekan dan menyebabkan inflasi.
Terus Apa Yang Bisa PINA Bantu?
Nah untuk para investor pasar modal, apa sih instrumen investasi yang cocok dengan situasi saat ini? Berikut rekomendasi instrumen investasi untuk lawan inflasi sesuai dengan sentimen pasar saat ini dari tim Investment Analyst PINA.
Timeframe investasi: <1 Tahun (Jangka Pendek)
PINA rekomendasi berinvestasi pada instrumen berikut:
- Reksa Dana Pasar Uang
- Reksa Dana Saham
- Saham
Alasannya:
- Kenaikan suku bunga merugikan pada sisi instrumen investasi surat utang tapi dapat memberikan keuntungan terhadap Reksa Dana Pasar Uang yang aset nya mengandung deposito bank.
- Reksa Dana Saham dan Saham saat ini dalam kondisi menuju tren naik pada sektor energi, keuangan, dan sektor pangan; serta akan menguntungkan dalam jangka panjang apabila membeli saham yang belum diapresiasi market mulai hari ini. Akan tetapi efek inflasi tinggi ini akan terus berlanjut, untuk itu perlu nya untuk memahami sektor-sektor saham tertentu yang terkena dampak positif maupun negatif dari inflasi.
- Hal yang perlu diperhatikan adalah sentimen krisis ekonomi global di 2023
Timeframe investasi: 1-5 Tahun (Jangka Menengah)
PINA rekomendasi berinvestasi pada instrumen berikut:
- Reksa Dana Pendapatan Tetap
- Reksa Dana Campuran
- Reksa Dana Saham
- Saham
Alasannya:
- Kenaikan suku bunga akan terus terjadi berdasarkan estimasi analis hingga 1 tahun kedepan, meskipun merugikan pada efek surat utang, tapi apabila resesi kembali terjadi (semoga tidak berdampak negatif ke Indonesia)
- Reksa Dana Campuran tentu akan diuntungkan dari bobot investasi yang seimbang, mencapai 79% ke instrumen Pasar Uang dan/atau Saham.
- Reksa Dana Saham dan Saham akan diuntungkan dengan adanya sentimen pembangunan IKN, pemulihan ekonomi, normalisasi suku bunga setelahnya.
- Hal yang perlu diperhatikan adalah sentimen krisis ekonomi global di 2023 & gejolak politik tahun 2023-2024 akan memberikan sentimen yang bergejolak di pasar, dan investor cenderung bersikap defensive dengan membeli instrumen surat hutang, dan dalam hal ini Reksa Dana Pendapatan Tetap akan diuntungkan dan akan menguntungkan untuk investor Reksa Dana Saham dan Saham yang dapat dibeli di harga di bawah nilai intrinsik nya, plus sentimen IKN akan selesai untuk menjadi kota pemerintahan.
Timeframe investasi: >5 Tahun (Jangka Panjang)
PINA rekomendasi berinvestasi pada instrumen berikut:
- Reksa Dana Campuran
- Reksa Dana Saham
- Saham
Alasannya:
- Dalam jangka panjang, pasar saham tentu akan bullish karena ekonomi Indonesia yang bisa dikatakan memiliki kebijakan-kebijakan yang memberikan keuntungan bagi para pengusaha dan konsumen.
- Di satu sisi yang patut diwaspadai adanya kemungkinan krisis berdasarkan siklus 5 - 10 tahunan di dunia, maka dari itu investor wajib untuk mempelajari sejarah terjadi nya market crash sebagai langkah antisipasi.
(Disclaimer: Rekomendasi yang diberikan berdasarkan analisa tim Investment Analyst dan pembaca wajib melakukan analisa lebih lanjut. Keputusan jual dan beli adalah keputusan investor.)

Pina
Content Writer Team