Pilih Investasi Reksa Dana Bisa Lebih Untung daripada Menabung

Masih banyak yang menunda-nunda berinvestasi dengan alasan ribet dan memakan waktu. Dengan reksa dana, kamu bisa mulai berinvestasi lebih mudah, efisien, dan tanpa perlu modal besar.

Kesadaran orang untuk berinvestasi saat ini makin meningkat. Namun, kebanyakan masih sebatas “sadar” aja. Seperti cerita seorang teman, Laras (28), karyawan di sebuah perusahaan konsultan bisnis, yang selalu maju-mundur untuk mulai berinvestasi. “Kayaknya ribet, deh. Mesti teliti dan rajin memantau perkembangannya,” alasannya.

Gue enggak punya banyak waktu karena sibuk sama kerjaan. Selain itu, investasi pasti perlu dana besar. Sedangkan, gaji aja, masih deket-deket UMR,” tambah Laras yang akhirnya memilih menabung konvensional untuk “investasinya.”

Yah, Laras, jangan langsung menyerah, dong! Ada, kok, cara berinvestasi yang mudah, murah, tapi tetap memberi keuntungan lebih dibanding hanya menabung, yaitu dengan memilih investasi reksa dana. “Reksa dana? Iya, sih, sering denger. Katanya, kalau pemula, sebaiknya coba investasi reksa dana dulu. Tahunya itu aja, sih. Tapi apa benar semudah itu?” tanya Laras.

Yup, reksa dana memang banyak disarankan untuk investor pemula, tapi apakah kamu seperti Laras yang masih bingung gimana caranya jadi investor pemula untuk reksa dana? PINA coba jelaskan berikut ini, ya.

Baca Juga: Investasi 101: Semua Hal yang Perlu Kamu Tahu Soal Investasi

Apa Itu Reksa Dana?

Secara umum, reksa dana adalah bentuk investasi secara kolektif berupa wadah untuk mengumpulkan dana dari masyarakat (investor) oleh manajer investasi (MI). Selanjutnya, dana tersebut akan dikelola secara profesional oleh MI dengan menginvestasikannya ke berbagai macam instrumen, seperti saham, deposito, hingga surat utang (obligasi). Itu penjelasannya “resmi”-nya.

Nah, kalau pakai bahasa yang lebih sederhana, bayangkan reksa dana sebagai satu keranjang yang memiliki beragam saham (dari berbagai perusahaan) atau instrumen lainnya. Ketika membeli reksa dana, kamu mendapatkan share atau bagian kecil dari keranjang dan isinya tersebut. Dengan begitu, kamu ambil bagian mengembangkan semua investasi dalam keranjang tersebut.

Adanya berbagai instrumen investasi dalam sebuah sebuah produk reksa dana (bisa ratusan, loh!) bikin kamu bisa berinvestasi di berbagai “tempat” sekaligus. Istimewanya lagi, kamu tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membelinya. Uang tersebut akan dikumpulkan oleh MI dengan pembeli (investor) reksa dana serupa lainnya untuk mengembangkan investasinya. Namun, kamu tetap berhak dapat keuntungannya.

Jadi, apa bedanya dengan investasi saham umumnya? Misalnya, nih, seorang investor membeli investasi saham perusahaan Apple. Dia mengeluarkan seluruh modalnya hanya untuk membeli saham Apple. Risikonya, kalau nilai saham perusahaan tersebut turun, dia akan merugi.

Sedangkan, mereka yang memilih investasi reksa dana berarti menyalurkan modalnya untuk beragam saham. Kalau salah satunya adalah saham Apple, investor tidak akan merugi banyak ketika saham Apple turun karena masih ada investasi di saham yang lain.

Mulai tertarik? Kamu bakal makin tertarik lagi kalau mengetahui cara menjadi investor reksa dana juga mudah. Cukup datangi MI untuk mendaftar sebagai investor dan menyetorkan modal kamu pada reksa dana yang sudah dipilih. Ada empat jenis reksa dana, yaitu reksa dana saham, pendapatan tetap, pasar uang, dan campuran.

Nanti MI yang akan mengelola uang kamu untuk diinvestasikan sesuai kesepakatan dengan nasabah. Tugas kamu cukup memantau pergerakan dan perkembangan investasi, sambil sesekali menambah dana seperti menabung. Just sit back and relax!

Baca Juga: Penting! Ini Cara Termudah Tentukan Financial Goals Kamu

Siapa Pengelola Reksa Dana?

Dari tadi ngomongin MI. Siapa, sih, mereka? Ada beberapa istilah untuk menyebutkan pihak pengelola dana nasabah. Pertama dan paling utama adalah MI yang merupakan perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT), yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dengan pengetahuan dan pengalaman profesionalnya, manajer investasi akan membantu menentukan strategi investasi yang bisa mendatangkan keuntungan untuk kamu. Mereka juga akan memberikan laporan perkembangan investasi kamu secara berkala. Kamu tidak perlu repot lagi turun langsung mempelajari seluk-beluk investasi (yes, berkurang pusingnya!). Oleh sebab itu, reksa dana cocok bagi pemula yang belum berpengalaman atau punya cukup waktu untuk mengelola investasi mandiri.

Selain MI, ada juga bank kustodian (BK) dan agen penjual efek reksa dana yang menjual reksa dana. Perbedaan ketiganya bisa dilihat pada tabel berikut:

Pengelola Reksa Dana Penjual Produk yang Dijual
Manajer Investasi (MI) Perusahaan penerbit reksa dana. Hanya reksa dana sendiri.
Bank Kustodian (BK) Bank-bank umum. Reksa dana dari beragam MI.
Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) Individu, MI, bank, sekuritas, asuransi, pembiayaan, portal investasi online. Reksa dana dari MI, bank, dan agen lainnya yang diakui OJK.

Tentu, sebagai investor, kamu tidak mau sembarangan menyerahkan pengelolaan uang kepada pihak lain. Oleh karena itu, kamu tetap harus cari tahu rekam jejak manajer investasi, seperti soal legalitas, pengalaman, dan kinerjanya. Cara termudah untuk mengetahui kredibilitas MI, BK, dan APERD adalah cek daftarnya di situs reksadana.ojk.go.id.

Bagaimana Risikonya?

Meski mudah dilakukan, sama seperti investasi pada umumnya, reksa dana tetap punya risiko sendiri. Apalagi, mengingat kita memercayakan uang pada pihak lain, pasti ada kekhawatiran uang kita hilang begitu saja oleh manajer investasi yang tidak bertanggung jawab. Walau demikian, risiko modal kamu dibawa lari MI sangat kecil karena uangnya sendiri ada di bank kustodian (BK) yang mengawasi kinerja MI.

Risiko terbesar dari investasi reksa dana adalah dari perolehan return. Kamu mesti siap, nih kalau reksadana tidak memberikan return sesuai harapan karena naik-turunnya nilai di pasar. Turunnya harga instrumen investasi (saham, obligasi, dan surat berharga lain) yang masuk ke portofolio reksa dana yang kamu beli akan mengurangi nilai unitnya. Perlu diingat bahwa semakin tinggi return-nya, makin tinggi juga risikonya. Kamu juga mesti pintar-pintar mencari tahu kapan waktu terbaik untuk mencairkan reksa dana, apa mau bertahap atau sekaligus ketika kinerjanya bagus, guna mendapat return terbaik.

Memang, ada MI yang bertugas mengelola dana untuk menghasilkan return terbesar pada para investornya. Namun, tidak ada jaminan bahwa mereka akan selalu sukses karena semua kembali pada kondisi pasar dan faktor-faktor lain yang memengaruhi investasinya.

Baca Juga: Minim Risiko, Ini Cara Menjadi Investor Pemula

Tenang dulu. Beberapa risiko reksa dana di atas jangan membuat kamu hilang motivasi pada reksa dana, ya. Sebab, dengan modal minimal, kamu bisa tetap mendapatkan keuntungannya. Misalnya, pada investasi saham biasa, kamu harus menyetor dana minimal Rp5 juta untuk bisa mulai berinvestasi. Sedangkan, pada reksa dana, kamu sudah bisa membelinya dengan modal minimal Rp100 ribu per bulan. Yippie, masih bisa bikin bujet buat ngopi-ngopi!

Selain itu, meski dana minim, dengan reksa dana, kamu bisa berinvestasi di beragam saham atau obligasi--alias diversifikasi investasi. Hal yang bakal sulit dilakukan pada jenis investasi lain. Jadi, kamu bisa, nih, menerapkan prinsip “don’t put all your eggs in one basket” karena uangmu secara teknis tersebar di berbagai investasi.

Diversifikasi tersebut pada akhirnya membantu memperkecil risiko investasi, sehingga dapat mencapai cuan yang kamu mau. Apalagi, return reksa dana cukup besar, bisa 8%. Bahkan, ada yang mencapai 80%, tergantung jenisnya. Return ini yang bakal sulit kamu dapatkan jika menyimpan uang di tabungan saja.

Menabung secara konvensional saat ini kurang menguntungkan karena nilainya tidak cukup banyak berkembang. Ditambah lagi, adanya inflasi yang akan menggerus nilai uang kamu. Jika pakai tabungan, bunganya per tahun paling hanya 2-3%. Sedangkan, inflasi bisa terjadi di angka 10%. Dengan perbedaan yang cukup besar tersebut, uang yang kamu tabung tidak bisa mengejar inflasi, dong. Sehingga, hal ini mungkin tidak cukup untuk menunjang masa depan.

Nah… untuk lebih meyakikan kamu dan juga Laras soal keuntungan investasi reksa dana dibandingkan menabung, mari kita lihat perbandingan hasil yang didapat jika kamu menyimpan uang di tabungan vs reksa dana pendapatan tetap yang return-nya bisa sebesar 12% per tahun.

Tabungan

(Bunga 2% per tahun)

VS

Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap 

(Bunga 12% per tahun)

Rp1.000.000 Nilai uang awal Rp1.000.000
2% Bunga 12%
Rp20.000 Hasil bunga Rp120.000
20% Pajak -
Rp16.000 Nominal bunga setelah pajak Rp120.000
Rp10.000 Biaya administrasi per bulan -
Rp120.000 Biaya administrasi per tahun -
Rp104.000

Penyusutan tabungan

(Akumulasi biaya administrasi - bunga)

-
Rp896.000

Nilai uang akhir dalam setahun

Rp1.120.000

Setelah setahun, nilai uang kamu di tabungan malah menyusut menjadi Rp896.000, sedangkan nilai uang di investasi bertambah Rp1.120.000. Selain itu, jika dibandingkan dengan inflasi 10%, uang kamu di bank dalam setahun sudah tergerus inflasi sebanyak 8% (hasil dari 10% - 2%) atau menurun nilainya sebanyak Rp71.680. Sedangkan, investasi dengan bunga 12%, masih bisa mendatangkan keuntungan karena bunganya berada di atas inflasi sebanyak 2%.

Baca Juga: Cara Investasi Reksa Dana yang Tepat untuk Keuntungan Maksimal

Oleh karena itu, sebaiknya kamu mulai berinvestasi supaya mampu mencukupi beberapa tujuan finansial di masa depan. Reksa dana adalah salah satu pilihan investasi kalau kamu belum punya banyak modal, serta tidak punya banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasinya. Less hassle, less fuss, good return!

Pina

Pina

Content Writer Team