Menghasilkan Uang Saat Tidur ala Lo Kheng Hong

Jurus-jurus ciamik dalam mengembangkan investasi pribadi untuk masa depan dari orang yang disebut Warren Buffet ala Indonesia ini ternyata berasal dari karakter. Ada banyak hal dari pribadinya yang bisa jadi inspirasi. Yuk, simak!

Belakangan berinvestasi dalam bentuk saham makin gampang saja. Apalagi sejak kelahiran aplikasi-aplikasi investasi. Ini sangat membantu saya dan teman-teman yang baru mau menjajal saham sebagai investasi pribadi untuk masa depan. Nah, karena sering browsing soal saham, nama Lo Kheng Hong sering muncul dalam timeline saya. Tentu ini bikin saya penasaran untuk mencari tahu. Makin penasaran saat ia disebut sejago Warren Buffet, salah satu orang paling kaya di dunia berkat keahliannya menghasilkan uang dari investasi.

Menurut penelusuran di Google, saya menemukan fakta kalau Lo Kheng Hong atau kerap disebut LKH saja ini dikenal sebagai investor senior di bursa saham Indonesia. Kekayaannya ditaksir sudah mencapai triliunan rupiah saat ini. Wow!

Lewat YouTube saya menyimak wawancara dan seminar publik yang menampilkan LKH. Dari sana saya jadi tahu kalau Bapak yang satu ini punya perjalanan dan prinsip hidup yang unik. Saya rasa inilah yang menjadikan sosoknya seperti hari ini. Ada beberapa pelajaran yang bisa saya dapat dari LKH:

1. Berusaha mengubah nasib

Bagi saya, Buffet yang lahir dari keluarga mapan lantas jadi investor sekaligus pebisnis sukes terdengar biasa saja. Tapi dilihat dari latar belakang keluarga, LKH sangat berbeda.  dengan Buffet. LKH berasal dari keluarga bersahaja dan berlatar belakang pendidikan sastra--yup, sastra, bukan pendidikan bisnis dan finansial seperti Buffet. Yang perlu jadi teladan, LKH ini punya goal untuk memperbaiki kondisi keluarga dengan kerja keras dan terus belajar. Bayangkan, anak sastra bisa jadi kepala cabang sebuah bank swasta di Jakarta.

Cerita seperti ini memberi harapan buat kita, kan? Walau latar belakang keluarga dan pendidikan kita tergolong biasa saja, bukan berarti kita tidak bisa jadi sukses di masa depan. Yang penting kita mau berusaha untuk mengubah nasib kita sendiri. Walau enggak harus berupa pendidikan formal, saya yakin kalau pendidikan dan belajar adalah investasi pribadi untuk masa depan kita.

2. Ogah impulsif dan terjerumus tren

Salah satu kesamaan yang saya temukan dari sosok LKH dan Warren Buffet, selain sama-sama sukses meraup keuntungan dari bursa saham, adalah gaya investasi mereka. Rupanya keduanya sama-sama bertipe value investing, tipe investor saham berbasis nilai. Biasanya para value investor suka mencari saham-saham yang memiliki nilai lebih tinggi daripada nilai pasarnya, atau kerap disebut saham yang salah harga.

Orang yang menyukai gaya ini pasti bukan tipe impulsif yang sering latah membeli barang karena melihat teman belanja. Ia bukan orang yang mudah terbawa tren atau suka ikut-ikutan. Ia punya pendirian sendiri. Enggak heran kalau LKH dan Buffet memilih tidak ikut-ikutan saat banyak orang memborong koin uang kripto. Berinvestasi dalam bentuk uang kripto yang sangat mudah terguncang nilainya, bahkan karena cuitan Elon Musk di Twitter, bukan gayanya.

Saya rasa sebelum mengambil keputusan meninggalkan jabatan yang sudah cukup mapan di perusahaan, untuk fokus menjadi investor, LKH telah benar-benar mempersiapkan diri. Begitu juga sebelum mengambil keputusan membeli saham. Baginya investasi bukan judi. Kabarnya, ia bukan sekadar baca laporan keuangan perusahaan secara hati-hati, ia sampai blusukan cari informasi dari karyawan sampai pesaing perusahaan yang sahamnya ia taksir. Ia cuma bertindak kalau sudah benar-benar yakin. Inilah kunci LKH menghasilkan uang dari investasi.

Ribet? Saya lebih setuju menyebutnya sebagai sikap berhati-hati. Menurut saya, prinsip ini penting banget bagi kita, bukan hanya yang baru mulai berinvestasi dalam bentuk saham tapi juga dalam menjalani segala hal dalam hidup. Sesederhana apa pun, apalagi yang penting, seperti keputusan untuk memutuskan resign, membeli properti, atau memilih pasangan hidup, kita perlu memikirkannya dengan kepala dingin dan hanya mengambil keputusan setelah melakukan riset dan mempertimbangkan banyak hal. Demi sukses mengembangkan investasi pribadi untuk masa depan kita tidak boleh sekadar terbawa emosi sesaat. Terus terang saya merasa tersentil karena sering tergoda untuk membeli barang juga saham karena unggahan influencer di media sosial. Ups!

Ini membuat saya berpikir lebih jauh daripada memutuskan iya atau tidak jadi membeli koin kripto. Dalam banyak hal, kalau kita bisa mengendalikan diri tidak sekadar ikut tren apalagi just to impress people, hidup dan dompet kita bakal lebih tenang.

Pixabay

3. Punya role model

Saya melihat LKH ini menjadikan Buffet sebagai panutannya dalam berinvestasi bukan sekadar karena Buffet itu sukses menghasilkan banyak uang dari investasi, tapi karena sesuai dengan gayanya berinvestasi. Saya pernah mendengar seorang psikolog bilang, role model itu penting banget dalam hidup kita. Bukan cuma jadi panutan, mereka juga memicu semangat, tujuan, dan panduan dalam melakukan sebuah tindakan.

Menurut saya, punya role model bukan berarti mengidolakan seseorang karena ia terlihat hebat dan sukses. Lebih dari itu, dari role model, kita bisa mempelajari strategi dan langkah yang tepat untuk mencapai tujuan kita. Dari mereka kita bisa belajar menghindari kesalahan yang sama, dan sebaliknya bisa mendapatkan kesuksesan yang serupa.

4. Berusaha tidak punya utang

Salah satu hal yang inspiratif dari LKH adalah ia tidak punya utang. Oke, mungkin saya memiliki utang untuk membeli rumah, tapi paling tidak, saya tidak memaksakan diri untuk berutang demi hal yang tidak perlu. Saya jadi teringat tahun lalu, saat investasi dalam bentuk saham baru marak di kalangan milenial, beberapa orang nekat berutang demi berinvestasi saham yang berpotensi memberi keuntungan besar, kalau nilainya melonjak. Wah, itu sama saja dengan judi. Akibatnya, bikin ngeri.

Baca juga: Bukan Mimpi Belaka, Kamu BISA Melunasi Utang Kamu! Ini Caranya

5. Sabar

Terus terang, melihat keriuhan saat harga saham naik atau turun membuat adrenalin meningkat. Rasanya ‘gatal’ ingin menjual atau membeli saham saat itu juga. Saya kira itu yang menghasilkan banyak uang dari investasi, tapi LKH yang investor senior tidak begitu. Ia selalu menegaskan kalau yang ia lakukan adalah investasi saham, bukan trading. Ia menyimpan saham-saham tersebut dalam jangka waktu cukup lama, antara waktu pembelian dan penjualan.

Dari situ saya melihat betapa sabarnya LKH. Bayangkan, dia bisa bertahun-tahun tidak ‘bergerak’ meski sekitarnya sudah heboh. Ketimbang hasil tinggi dan instan, ia memilih keuntungan besar dalam waktu panjang. Memang, ada banyak hal yang enggak perlu diburu-buru. Saya belajar menikmati setiap proses dalam hidup ini. Saya yakin, hasil yang didapat dengan proses biasanya akan berkesan lebih manis dan berharga ketimbang yang didapat instan.

6. Tetap sederhana

Waktu melihat foto-foto dan video LKH di internet, saya nyaris tak percaya. Ia tampak sangat bersahaja. Rupanya kebiasaan hidup hemat yang ia miliki sejak masih hidup sepetak rumah kontrakan sederhana tak berubah hingga kini. Bukan frugal banget, tapi secukupnya saja. Yang bisa kita-kita yang masih berstatus karyawan jadikan pelajaran adalah LKH sejak masih jadi karyawan selalu menyisihkan sebagian gajinya untuk investasi. Semakin besar gajinya, bukan berarti makin bisa foya-foya, tapi makin banyak yang ia investasikan. Barang mewah seperti mobil dan ponsel tidak perlu baru terus, karena nilainya akan menyusut, yang pasti berlawanan dengan filosofi seorang investor.

Walaupun terdengar kuno, prinsip LKH, hemat pangkal kaya banyak benarnya. Ia mengaku gaya hidup hemat yang sudah ia lakukan sejak muda sudah menjadi gaya hidupnya. Sudah mendarah daging. Ia malah sulit untuk berubah menjadi orang yang boros dan konsumtif. Terbukti, sih, gaya hidup sederhana itu salah satu investasi pribadi untuk masa depan. Yuk, kita tiru.

Pixabay

7. Investasi dari bacaan

Mau jadi investor andal tapi ambil keputusan hanya karena satu judul berita? Bagaimana mau menjadikan saham sebagai investasi pribadi untuk masa depan seperti LKH? Rupanya, LKH setiap pagi membaca empat surat kabar langganannya untuk mengetahui perkembangan ekonomi dunia. Selain itu, ia selalu meluangkan waktu untuk membaca tumpukan laporan keuangan perusahaan yang ia pelajari.  Baginya, di balik rangkaian kata-kata dan angka-angka dalam buku, koran, atau jurnal adalah informasi yang berharga untuk menentukan investasi yang tepat.

Dalam sebuah video yang saya tonton, LKH bilang, ia meyakini sebuah peribahasa dalam bahasa Mandarin, “Di dalam buku ada rumah emas. Membaca adalah sumber inspirasi.” Maknanya, orang yang banyak membaca adalah orang yang banyak tahu, orang yang banyak tahu dia dekat dengan kepintaran, orang yang pintar dia dekat dengan kekayaan.

Baiklah. Yuk, kita rajin baca buku! Baca buku dan jurnal, baik cetak atau digital, pasti kita akan menemukan banyak hal. Investasi itu bukan cuma uang dan saham, ilmu dari berbagai buku itu juga sebuah investasi pribadi untuk masa depan yang berharga, lho.

8. Tidak lupa menikmati hidup

Tujuan saya berinvestasi dalam bentuk saham adalah menjadikannya sebagai investasi pribadi untuk masa depan. Saya mau seperti LKH yang santai di usia 60-an saat ini. Ia bisa menikmati hari-harinya tanpa terus menerus memantau harga saham harian yang malah bisa bikin jantungan. Siapa, sih, yang tidak mau sesekali jalan-jalan, berwisata, bahkan bisa sampai sebulan seperti LKH. Hati yang bahagia baik buat kesehatan tubuh dan mental, lho. Tidak ada yang akan membantah kalau kesehatan itu investasi pribadi untuk masa depan.

Dahi saya mengernyit waktu LKH bilang salah satu mottonya, “Tidur adalah jalan untuk meraih kekayaan.” Eh rupanya tidak berhenti di situ kalimatnya. Ada syaratnya. “Tidak bertindak adalah suatu tindakan yang bagus jika kita telah memiliki saham perusahaan yang  hebat.” Ah, benar juga.

Mengamati sepak terjang LKH membuat saya merasa harus banyak-banyak belajar baik dalam soal investasi maupun menjalani hidup. Ternyata enggak harus jadi orang kaya baru untuk memulai investasi. LKH juga memulainya dari bawah. Beda dengan LKH saya tetap ingin berkarier mungkin hingga usia 40-an dan mungkin suatu saat berbisnis agar bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang banyak. Setiap orang memang punya jalan hidup berbeda-beda. Tapi saya rasa, walau kita tidak punya latar belakang atau kondisi keluarga seperti Lo Kheng Hong, dan enggak pengin jadi investor murni seperti beliau, prinsip hidupnya tetap bisa jadi pelajaran. Setuju, enggak?

* Penulis adalah karyawan swasta berusia 31 tahun. Baru belajar investasi lewat aplikasi dan punya mimpi membangun bisnis kuliner di masa datang.

Pina

Pina

Content Writer Team