7 Hal yang Harus Dihindari Saat Merencanakan Dana Pendidikan Anak
Jangan sampai terjebak! Ini dia 7 kesalahan yang harus dihindari saat mempersiapkan dana pendidikan untuk anak. Simak penjelasan lengkapnya di sini!
Pernah dengar istilah dana pendidikan? Jika kamu sudah memiliki anak, mungkin kamu sudah mulai memikirkan pentingnya dana untuk pendidikan anak. Namun, bagaimana caranya? Apa yang harus kamu lakukan?
Selain rumah dan kendaraan, ternyata pendidikan termasuk salah satu pengeluaran terbesar dalam hidup manusia. Jika dihitung dari masa taman kanak-kanak sampai kuliah, maka total dana pendidikan yang harus disiapkan bisa mencapai ratusan juta rupiah. Bahkan kabarnya, angka tersebut akan terus naik setiap tahunnya karena inflasi!
Lantas, apa yang harus kamu lakukan agar bisa merencanakan dana pendidikan tanpa ‘menyakiti’ pos pengeluaran lain?
Hindari 7 Hal Ini Saat Merencanakan Dana Pendidikan Anak
Nah, agar kamu bisa mempersiapkan dana untuk pendidikan anak secara optimal, sebaiknya hindari tujuh kesalahan berikut!
1. Enggak Memiliki Cukup Informasi
Saat membicarakan soal pendidikan anak, pengeluaran utama yang muncul di pikiran adalah uang masuk sekolah dan SPP bulanan. Padahal, dana pendidikan enggak hanya sampai di sana. Masih ada biaya seragam, buku, fasilitas, dan banyak lagi.
Sering kali orang tua hanya memperhitungkan uang pangkal dan SPP, sehingga ada perasaan kaget saat melihat tagihan uang sekolah anak. Jadi, jangan lupa untuk menanyakan seluruh rincian biaya saat sedang survei sekolah anak.
Selain itu, lihat juga lokasi sekolah, apakah jauh dari rumah atau enggak? Hal ini penting karena kamu harus mengalkulasikan biaya transportasi untuk anak. Belum lagi lagi uang jajan dan biaya makan.
Akan sangat membantu jika kamu punya kenalan yang menyekolahkan anaknya di tempat yang sama supaya bisa tanya-tanya lebih lanjut.
2. Menunda-Nunda Perencanaan
“Kan, baru menikah. Kenapa harus mempersiapkan dana pendidikan anak?”
Jawabannya adalah, kenapa enggak? Sama saja seperti membeli rumah; semakin cepat kamu menabung, uangnya akan lebih cepat terkumpul.
Setiap tahunnya, biaya pendidikan selalu meningkat. Di Indonesia, biaya pendidikan naik sekitar 10%-20% per tahun. Bahkan, ada juga sekolah dan perguruan tinggi yang menerapkan kenaikan biaya per semester.
Sebagai contoh, jika uang pangkal sekolah pada tahun 2022 di angka Rp18 juta, maka di tahun 2023, biayanya akan naik menjadi Rp19,8 juta-Rp20 juta. Semakin kamu menunda, semakin besar juga dana yang harus kamu sisihkan setiap bulan untuk tabungan pendidikan anak.
Karena itu, jangan ditunda lagi! Walaupun kamu dan pasangan masih ingin berduaan atau menikmati honeymoon phase, mulailah mempersiapkan tabungan pendidikan untuk calon buah hati kamu.
3. Alokasi Dana Terlalu Sedikit
Sehubungan dengan poin sebelumnya, berapa besar dana yang mampu kamu sisihkan untuk tabungan pendidikan anak? Jika mengikuti aturan 70:20:10, maka kamu bisa menyisihkan 20% dari total pemasukan keluarga untuk tabungan dan investasi.
Akan tetapi, porsi ini juga termasuk dana pensiun, dana darurat, dan tabungan lainnya. Mari kita buat simulasi tabungannya!
Untuk keluarga dengan pendapatan Rp20 juta per bulan, maka uang yang bisa dialokasikan untuk tabungan adalah sebesar Rp4 juta per bulan. Angka yang cukup kecil, terlebih mengingat mahalnya biaya pendidikan sekarang ini.
Jadi, apa solusinya? Pertama, atur ulang budgeting keluarga kamu. Cari tahu apakah ada pengeluaran yang bisa ditekan. Kedua, sebisa mungkin lunaskan utang-utang yang ada.
Ketiga, kamu bisa mencari sumber pendapatan tambahan atau passive income. Dan yang terakhir, gunakan aplikasi investasi terbaik supaya uang yang kamu tabung bisa “bertumbuh” dengan lebih cepat dan enggak tergerus inflasi.
4. Salah Menghitung Periode Waktu Belajar Anak
Pemerintah memang menerapkan program wajib sekolah 12 tahun. Namun, program itu hanya mencakup pendidikan sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Bagaimana dengan pre-school dan perguruan tinggi? Kira-kira begini rincian tahapan pendidikan anak:
- Umur 3-4 tahun : playgroup atau daycare (opsional).
- Umur 4-6 tahun : TK atau PAUD.
- Umur 6-12 tahun : SD
- Umur 12-15 tahun : SMP
- Umur 15-18 tahun : SMA
- Umur 18-22 tahun : kuliah S1
Tentunya rincian ini bukan blueprint yang harus harus kamu ikuti secara detail. Ada banyak alasan yang bisa membuat pendidikan anak tertunda atau selesai lebih cepat. Siapa tahu nanti sang anak berkeinginan untuk kuliah di luar negeri atau lanjut kuliah S2. Apakah kamu sudah siap secara finansial?
Sebaiknya, tambahkan satu tahun dari total perkiraan masa belajar anak. Untuk berjaga-jaga saja, kok. Jika nanti ada dana yang tersisa, bisa kamu gunakan untuk keperluan lain. Pelajari juga bagaimana cara menghitung biaya sekolah agar kamu tahu berapa kira-kira target jumlah yang tepat untuk dana sekolah.
5. Memilih Investasi yang Enggak Sesuai
Enggak semua instrumen investasi itu sama. Cek lagi proyeksi keuntungannya, track record, dan juga kemampuan kamu untuk berinvestasi secara rutin. Lalu, tanyakan ke diri sendiri, kira-kira kapan dana pendidikan ini akan terpakai?
Kalau kamu berencana untuk menyekolahkan anak dalam waktu kurang dari lima tahun, maka carilah instrumen investasi yang punya risiko moderat. Apa saja contohnya, nih? Kamu bisa pilih antara reksa dana pasar uang, obligasi, surat berharga negara (SBN), atau emas.
Misalnya kamu masih single dan baru akan menyekolahkan anak dalam kurun waktu lima tahun ke atas, pilihan aset investasi pun jadi lebih banyak. Kamu bisa coba bangun portofolio saham, ikut main trading foreign exchange, atau pilih instrumen investasi berisiko tinggi lainnya.
Eits, tetap harus hati-hati dan jangan gegabah, ya. Jadilah investor yang cermat dan berkepala dingin!
Satu tips lagi yang enggak boleh kelupaan. Pilihlah aplikasi investasi terbaik dan aman. Maksudnya, pastikan aplikasi sudah resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Salah satu pilihannya adalah aplikasi keuangan all-in-one PINA yang sudah berlisensi OJK, KSEI, Indonesia Stock Exchange, dan masih banyak lagi. Servernya juga aman karena sudah bersertifikasi tier 3 ISO, lho!
6. Enggak Mempertimbangkan Inflasi
Kamu tahu kenapa harga semangkuk bakso bisa naik dari Rp250 pada era 1990-an menjadi Rp20.000 pada tahun 2022? Inflasilah penyebabnya! Sayangnya, fenomena satu ini akan selalu terjadi dan enggak bisa dihentikan. Namun, inflasi bisa kamu antisipasi.
Menurut data dari Bank Indonesia, inflasi di tahun 2022 terbilang naik-turun, mulai dari 2,18% pada Januari sampai 5,71% pada Oktober. Ini artinya, biaya pendidikan anak pun juga akan terus naik mengikuti inflasi.
Karena itu, selalu perhitungkan inflasi dan kenaikan harga saat mengumpulkan dana pendidikan untuk anak.
7. Enggan Membuat Rencana Keuangan Keluarga
Dana pendidikan memang penting, tapi kamu juga harus memikirkan kebutuhan rumah tangga yang lain. Jangan abaikan juga masa depan kamu, yakni dengan terus mengumpulkan dana pensiun. Ingat, orang tua yang bahagia pasti akan membesarkan anak-anak yang bahagia pula.
Luangkan waktu untuk duduk bareng pasangan dan diskusi soal cara menghemat uang supaya semua pos tabungan terpenuhi. Apa saja yang harus jadi prioritas kamu?
Pertama, utang atau tagihan seperti KPR rumah, cicilan mobil, juga biaya listrik dan air. Kedua, kumpulkan dana darurat, dana pensiun, serta tabungan belanja yang bisa kamu gunakan untuk liburan. Pastinya enggak lupa dana pendidikan juga, dong.
Satu kesalahan yang sering terjadi adalah orang tua menaruh hampir semua porsi tabungan untuk dana pendidikan anak. Hayo, keluarga kamu juga butuh healing, lho. Maka dari itu, cermatlah dalam budgeting dan sebisa mungkin punya passive income atau pendapatan tambahan.
PINA, Aplikasi Investasi Terbaik untuk Persiapkan Dana Pendidikan
Bingung bagaimana cara tepat untuk mengelola keuangan keluarga, termasuk untuk persiapan dana pendidikan anak?
Kuncinya hanya satu, yaitu selalu on track soal pengeluaran kamu. PINA bisa bantu kamu, kok! Tinggal hubungkan PINA dengan rekening bank, rekening investasi, BPJS, dan e-wallet milikmu.
Secara otomatis, semua transaksi kamu akan langsung dikategorikan dalam bentuk laporan budgeting yang mudah untuk dipahami. Jadi, enggak perlu memasukkan pengeluaran satu per satu, apalagi sampai harus menyimpan struk belanja.
Lalu, apakah PINA bisa bantu kamu mengumpulkan dana pendidikan? Tentu bisa! Kamu bisa aktif berinvestasi di aplikasi PINA.
Gunakan kalkulator investasi PINA untuk tahu berapa besar uang yang harus kamu investasikan per bulannya agar bisa mencapai tujuan keuangan kamu. Anggap saja PINA sebagai financial personal assistant kamu.
Yuk, mulai rencanakan dana pendidikan anak bersama aplikasi keuangan all-in-one PINA dari sekarang!

Pina
Content Writer Team